Hai udah lama ga nulis di blog. Maklum mahasiswa super sibuk. Hewhew. Mumpung selo mau nulis ah. Entah kenapa aku suka belajar dari pengalaman-pengalaman dan mengambil sebuah kesimpulan kemudian menuliskannya.
Semester tiga ini sedikit banyak merubah pikiranku menambah deret kesimpulanku tentang kehidupan. Belajar lebih banyak tentang hidup.
Move on atau berpindah. Semester awal aku merasa tidak cocok dengan lingkungan baruku. Aku merasa teman-teman baruku tidak seasik teman-teman ku semasa SMA. Mereka baik tapi aku merasa tidak cocok pada awalnya. Aku masih belum bisa menerima kenyataan jikalau teman-temanku memang seperti ini. Aku sering bercerita pada teman sma ku. Orang di sini aneh menurut versiku. Mereka ga pernah berkata kotor. Humor mereka ga pernah yang namanya ngeres. Kebanyakan cewek tidak mau dibonceng cowok. Kebanyakan mereka tidak memilih untuk berpacaran. Mereka susah buat diajak keluar main. Lingkungan seperti ini memang benar-benar berbeda dari lingkunganku sebelumnya.
Aku sering berpikir mencoba menelaah semuanya. Apakah aku yang terlalu dinyamankan dengan teman-teman lamaku. Aku sedih jika membandingkan teman baruku dengan teman lamaku. Aku selalu merindukan sosok seperti teman-teman lamaku.
Seorang teman pernah berkata :
"Sekarang semua nya udah beda. Jarak telah memisahkan kita. Orang-orang terdekatlah yang bisa mengulurkan tangan segera ketika kamu susah, mereka tak lain adalah teman-teman barumu itu. Maka dari itu berikanlah sedikit ruang di hatimu untuk teman-teman barumu. Aku percaya akan selalu ada ruang untuk kita di hatimu ell. Semangat! " - Bambang Tri Atmojo
Aku kesal kenapa aku tak bisa sedewasa itu. Jujur hari-hari ku terasa berat tanpa rasa nyaman bersama teman-teman baruku. Pernah aku kehilangan semangat kuliah. Sempat juga aku merasa putus asa dan ingin pindah. Sempat terlintas untuk mengikuti SBMPTN tapi aku urungkan niatku. Ya, aku harus menghadapinya. Hari demi hari aku lalui bersama mereka. Aku mencoba ikhlas setiap harinya. Aku mempelajari karakter setiap individu di kelasku. Sedikit banyak aku mulai mengenal mereka lebih dalam. Dan singkat cerita aku mulai nyaman dengan mereka. Susah senang bareng. Kita belajar bareng sampe tengah malam. Lembur tiap hari. Kita ngeluh juga bareng. Jarang piknik tapi masih bisa tetep ketawa-tawa. Stres juga bareng. Hampir 24 jam kita bersama terus. Intinya di sini aku tidak merasa sendiri. Lihat wajah mereka aku jadi yakin aku ga sendiri menghadapi ini semua. Ada orang-orang baik yang selalu bersamaku. Tapi aku masih tetap menjaga hubungan dengan teman-teman lamaku. Selalu ada tempat untuk mereka di ruang hatiku.
Kesimpulan dari postingan ini adalah
❤Kita ga bisa menjalani sesuatu yang baru dengan hati yang masih tertaut di masa lalu.
❤Kita akan sulit menerima orang baru jika di hati kita tak menyisakan tempat untuk orang baru agar dapat masuk. ❤Membandingkan yang dulu dengan yang sekarang akan membuat kita tidak siap menerima kenyataan.
❤Jadi ikhlaskanlah yang telah berlalu demi memperingan langkahmu ke depannya
Point-point tersebut juga berlaku buat hubungan percintaan. I think so. Wkwk
Good nite people!!
Kamis, 10 Desember 2015
Rabu, 02 September 2015
Bisakah Kita....?
Kadang ada pemikiran yang memang tak bisa dituangkan lewat ucapan. Kadang juga tak berani untuk menyampaikan. Satu hal yang aku tau. Aku hanya tak ingin menambah beban pikir orang lain. Itulah sebabnya aku terkadang lebih memilih menuliskannya di blog.
Aku tau tulisan ini ga bakal dibaca sama orang yang bersangkutan. Karena aku emang tipe orang blak-blakan ya aku nulis sejujurnya aja.
Kenapa sih kita harus berakhir secepat itu? Kita baru tiga bulan, berasa bukan pacaran. Apa memang bukan? Kalo diibaratkan sama kandungan hubungan kita masih janin belom dikasih nyawa sama Tuhan belom ada apa-apanya. Belom memasuki tahap-tahap yang sebenarnya.
Siapa yang mutusin? Ya itu emang aku. Kamu tau kenapa? Saat itu aku cemburu. Aku akui emang aku berbeda dari wanita pada umumnya. Cara mencintaiku memang berbeda dari kebanyakan wanita. Aku selalu mencoba belajar, menanamkan pada diriku sendiri untuk menjadi wanita yang tidak egois mementingkan diriku sendiri. Masih ingatkah kamu alasan aku kenapa aku membelit-belitkan jawabanku ketika kamu mengajakku pacaran? Waktu itu aku menjelaskan semuanya bukan? Kamu masih ingat alasanku apa? Semua yang aku pikirkan itu tentang kamu. Aku tak ingin kamu kecewa karena aku berubah gara-gara kesibukanku. Aku tak ingin kamu kecewa aku ga punya cukup waktu buat kamu. Mungkin kalo kamu tak bertanya kenapa aku berbelit-belit dengan jawabanku kala itu mungkin aku tak akan menjelaskannya padamu. Sejujurnya aku lebih suka menyimpan kegelisahanku sendiri. Aku hanya tak ingin membebani. Berburuk sangka hanya akan menambah perkara. Hingga pada suatu ketika aku tak sanggup menahannya sendiri. Baik-baik aku ajukan beberapa pertanyaan dengan harapan kau menjawab dengan kejujuran. Tapi sepertinya aku terlalu berharap, menjawab pertanyaanku kau pun enggan. Yasudah, aku tak suka memaksa daripada menimbulkan perkara. Aku biarkan pertanyaan-pertanyaan itu mengendap dipikiranku hingga mendalam. Aku mencoba untuk menyeimbangkan sisi yang mulai goyah. Tapi apadaya, seperti sebuah perahu yang berputar-putar di tempat yang sama. Hanya satu sisi yang berusaha mendayung. Tak ada kemajuan. Aku lelah tapi masih belum terlalu lelah. Dengan sisa-sisa tenaga yang ku punya aku memberanikan diri untuk melangkah meskipun kakiku goyah meskipun hatiku masih menyeru jangan menyerah. Tapi kali ini logika ku yang menang, aku mengakhiri segalanya berharap semuanya akan membaik. Ya benar aku tak apa-apa aku baik-baik saja. Meskipun tak jarang rindu menerpa tapi aku mengerti aku bukan siapa-siapa.
Aku sangat menyayangkan karena semunya berlalu begitu cepat. Masih banyak hal yang belum kita lakukan bersama. Sejujurnya ada banyak hal yang ingin ku sampaikan, tapi memang ada hal yang baiknya tak tersampaikan :'))
Dalam sebuah hubungan aku selalu berusa untuk dewasa. Dewasa sama halnya dengan serius tidak bersikap egois berpikiran untuk selalu maju. Sudah aku katakan sebelumnya kalo aku berusaha untuk tak membebani pasangan. Aku tak pernah minta dibeliin ini itu sama pasangan minta dibayarin kalo pas jalan. Aku memilih menanggung kebutuhanku keinginanku dengan biayaku sendiri. Aku sadar benar kalo aku masih menjadi tanggung jawab orang tua ku. Jadi pasanganku tak berkewajiban buat menanggungku kecuali sudah sah dalam ijab qobul barulah aku menjadi tanggung jawabnya. Aku tak pernah meminta pasangan buat menjanjikan sesuatu padaku. Aku tak ingin membebani pasangan dengan janji. Sebenarnya aku juga takut terluka jika janji itu tak dapat dia penuhi. Mungkin kamu pikir ini semua alay aku terlalu serius. Tapi hidup bukan untuk dibecandain bukan?
I accept you for who you are. Aku menerima kamu apa adanya. Aku tak pernah memintamu untuk berkelakuan baik demi aku. Aku tak pernah memintamu untuk berhenti merokok. Aku tak pernah memintamu untuk rajin ibadah baik wajib maupun sunnah. Kamu tak perlu jadi orang lain yang bukan diri kamu yang bikin kamu ga nyaman cuma buat bahagiain aku. Aku pengen kalo kamu mau berubah itu atas inisiatifmu sendiri bukan karena aku yang menginginkannya. Karena aku tau suatu perubahan yang bukan atas dasar keinginan sendiri itu tak akan selamanya alias cuma sementara. Aku ga akan pernah merasa bangga pada diriku sendiri ketika orang-orang berseru "wah sekarang dia berubah gara-gara kamu" dan semacam itu. Buat apa bangga karena merubah orang lain? Bangga itu karena bisa menyetir diri sendiri bukan menyetir orang lain. Lagian kita juga udah gede aku percaya sama kamu kalo kamu juga bisa mikir mana yang baik buat kamu mana yang enggak.
Aku gapernah menelisik seperti apa pekerjaan kedua orang tuamu berapa penghasilan mereka. Karena aku jalani hubungan ini dengan kamu bukan orang tuamu.
Kalo ditanya nyesel apa enggak sama keputusanku, aku jawab engga. Kalo ditanya aku masih sayang apa engga, aku jawab masih meskipun aku juga ga menampik terkadang masih teringat cinta 7 tahunku. Kalo aku ditanya mau balikan apa enggak, aku jawab pengen dan bolehkah kita memulai semuanya kembali hanya antara aku dan kamu benar-benar tak ada yang lain? Lalu aku balik bertanya, pantaskah dia diberi kepercayaan lagi? Kemudian aku bertanya pada diriku sendiri, pantaskah aku yang begini adanya bersama dirinya?
Kalimat "pantaskah aku yang begini adanya bersama dirinya?" itu selalu saja membuatku, ah yasudahlah emangnya aku siapa, aku bukanlah siapa-siapa hanya gadis remaja biasa yang menuju dewasa.
Aku tau tulisan ini ga bakal dibaca sama orang yang bersangkutan. Karena aku emang tipe orang blak-blakan ya aku nulis sejujurnya aja.
Kenapa sih kita harus berakhir secepat itu? Kita baru tiga bulan, berasa bukan pacaran. Apa memang bukan? Kalo diibaratkan sama kandungan hubungan kita masih janin belom dikasih nyawa sama Tuhan belom ada apa-apanya. Belom memasuki tahap-tahap yang sebenarnya.
Siapa yang mutusin? Ya itu emang aku. Kamu tau kenapa? Saat itu aku cemburu. Aku akui emang aku berbeda dari wanita pada umumnya. Cara mencintaiku memang berbeda dari kebanyakan wanita. Aku selalu mencoba belajar, menanamkan pada diriku sendiri untuk menjadi wanita yang tidak egois mementingkan diriku sendiri. Masih ingatkah kamu alasan aku kenapa aku membelit-belitkan jawabanku ketika kamu mengajakku pacaran? Waktu itu aku menjelaskan semuanya bukan? Kamu masih ingat alasanku apa? Semua yang aku pikirkan itu tentang kamu. Aku tak ingin kamu kecewa karena aku berubah gara-gara kesibukanku. Aku tak ingin kamu kecewa aku ga punya cukup waktu buat kamu. Mungkin kalo kamu tak bertanya kenapa aku berbelit-belit dengan jawabanku kala itu mungkin aku tak akan menjelaskannya padamu. Sejujurnya aku lebih suka menyimpan kegelisahanku sendiri. Aku hanya tak ingin membebani. Berburuk sangka hanya akan menambah perkara. Hingga pada suatu ketika aku tak sanggup menahannya sendiri. Baik-baik aku ajukan beberapa pertanyaan dengan harapan kau menjawab dengan kejujuran. Tapi sepertinya aku terlalu berharap, menjawab pertanyaanku kau pun enggan. Yasudah, aku tak suka memaksa daripada menimbulkan perkara. Aku biarkan pertanyaan-pertanyaan itu mengendap dipikiranku hingga mendalam. Aku mencoba untuk menyeimbangkan sisi yang mulai goyah. Tapi apadaya, seperti sebuah perahu yang berputar-putar di tempat yang sama. Hanya satu sisi yang berusaha mendayung. Tak ada kemajuan. Aku lelah tapi masih belum terlalu lelah. Dengan sisa-sisa tenaga yang ku punya aku memberanikan diri untuk melangkah meskipun kakiku goyah meskipun hatiku masih menyeru jangan menyerah. Tapi kali ini logika ku yang menang, aku mengakhiri segalanya berharap semuanya akan membaik. Ya benar aku tak apa-apa aku baik-baik saja. Meskipun tak jarang rindu menerpa tapi aku mengerti aku bukan siapa-siapa.
Aku sangat menyayangkan karena semunya berlalu begitu cepat. Masih banyak hal yang belum kita lakukan bersama. Sejujurnya ada banyak hal yang ingin ku sampaikan, tapi memang ada hal yang baiknya tak tersampaikan :'))
Dalam sebuah hubungan aku selalu berusa untuk dewasa. Dewasa sama halnya dengan serius tidak bersikap egois berpikiran untuk selalu maju. Sudah aku katakan sebelumnya kalo aku berusaha untuk tak membebani pasangan. Aku tak pernah minta dibeliin ini itu sama pasangan minta dibayarin kalo pas jalan. Aku memilih menanggung kebutuhanku keinginanku dengan biayaku sendiri. Aku sadar benar kalo aku masih menjadi tanggung jawab orang tua ku. Jadi pasanganku tak berkewajiban buat menanggungku kecuali sudah sah dalam ijab qobul barulah aku menjadi tanggung jawabnya. Aku tak pernah meminta pasangan buat menjanjikan sesuatu padaku. Aku tak ingin membebani pasangan dengan janji. Sebenarnya aku juga takut terluka jika janji itu tak dapat dia penuhi. Mungkin kamu pikir ini semua alay aku terlalu serius. Tapi hidup bukan untuk dibecandain bukan?
I accept you for who you are. Aku menerima kamu apa adanya. Aku tak pernah memintamu untuk berkelakuan baik demi aku. Aku tak pernah memintamu untuk berhenti merokok. Aku tak pernah memintamu untuk rajin ibadah baik wajib maupun sunnah. Kamu tak perlu jadi orang lain yang bukan diri kamu yang bikin kamu ga nyaman cuma buat bahagiain aku. Aku pengen kalo kamu mau berubah itu atas inisiatifmu sendiri bukan karena aku yang menginginkannya. Karena aku tau suatu perubahan yang bukan atas dasar keinginan sendiri itu tak akan selamanya alias cuma sementara. Aku ga akan pernah merasa bangga pada diriku sendiri ketika orang-orang berseru "wah sekarang dia berubah gara-gara kamu" dan semacam itu. Buat apa bangga karena merubah orang lain? Bangga itu karena bisa menyetir diri sendiri bukan menyetir orang lain. Lagian kita juga udah gede aku percaya sama kamu kalo kamu juga bisa mikir mana yang baik buat kamu mana yang enggak.
Aku gapernah menelisik seperti apa pekerjaan kedua orang tuamu berapa penghasilan mereka. Karena aku jalani hubungan ini dengan kamu bukan orang tuamu.
Kalo ditanya nyesel apa enggak sama keputusanku, aku jawab engga. Kalo ditanya aku masih sayang apa engga, aku jawab masih meskipun aku juga ga menampik terkadang masih teringat cinta 7 tahunku. Kalo aku ditanya mau balikan apa enggak, aku jawab pengen dan bolehkah kita memulai semuanya kembali hanya antara aku dan kamu benar-benar tak ada yang lain? Lalu aku balik bertanya, pantaskah dia diberi kepercayaan lagi? Kemudian aku bertanya pada diriku sendiri, pantaskah aku yang begini adanya bersama dirinya?
Kalimat "pantaskah aku yang begini adanya bersama dirinya?" itu selalu saja membuatku, ah yasudahlah emangnya aku siapa, aku bukanlah siapa-siapa hanya gadis remaja biasa yang menuju dewasa.
Senin, 03 Agustus 2015
what kind of friends you choose
Entah kenapa lagi suka nulis tentang pertemanan. Mungkin akan ada banyak orang yang ga setuju sama pendapatku ini tapi ya begini lah pola pikirku saat ini. Kenapa saat ini? Yaa mungkin bisa jadi akan berubah seiring bertambahnya pengalaman yang akan mengubah pola pikirku
Banyak orang tua yang bilang "kalo bergaul itu sama orang yang baik-baik ya kalo nakal gausah ditemenin nanti kamu jadi ikut ketularan nakal" hmmm klise. Aku ga menyalahkan pendapat itu, orang tua mana sih yang mau menjerumuskan anaknya sendiri? Mereka begitu karena mereka sayang sama anaknya.
Beginilah pendapat pribadiku :
Sebenernya nakal atau engga nya anak itu tergantung kekuatan keimanan mereka. Kalo iman mereka kuat dilingkungan kek apapun ga bakal mudah goyah. Makannya aku pengen punya suami yang ngerti tentang agama biar bisa membimbingku dan anak-anakku nanti. *ceileh iki opo jal*
Bertemanlah dan dekatlah dengan banyak orang dengan berbagai jenis kepribadian yang berbeda. Karena perbedaan akan membuat kita belajar.
Kalo menurut pengalamanku aja nih ya. Aku punya temen yang bangsat aku juga punya temen yang religius ada yang koplak ada yang otaknya mesum ada juga yang biasa-biasa aja. Aku ga pernah memandang latar belakang mereka strata sosial atau penampilan fisik mereka ya ibaratnya kalo kamu baik sama aku ya aku bakal baik sama kamu no matter betapa bejatnya atau bangsatnya kelakuanmu atau apapun itu yang penting ga ganggu kehidupanku.
Aku punya temen yang bangsat bejat nakal lah pokoknya dia rokok mabok nyimeng juga. Dia cerita-cerita pengalaman dia. Dia cerita pas lagi mabok itu kek gimana, omongan ngelantur kemana-mana. Lebih parah pas lagi nyimeng efeknya katanya bisa lama berjam-jam. Pernah pas dia lagi patah hati malemnya dia nyimeng pagi pas di kelas pelajaran dia ngigau ngomong menghayal ga jelas. Ngomong "bu ning sirahem ono ndog kelinci" itu kata temen yang duduk disebelahnya waktu itu. Untung aja ga keras coba kalo gurunya denger mesti langsung diusir. Btw, sejak kapan kelinci bertelur? Zzzz. Dan cerita-cerita bego dia lainnya. Dia ga pernah ngajakin temennya buat ikutan kek gitu. Dari situ aku banyak belajar apa itu nyimeng gimana ciri-ciri fisik perokok sama pemabuk, keliatan kok dari bibirnya sama matanya beda dari kebanyakan orang. Dan apa yang jadi kesimpulanku tentang bibir dan mata ternyata benar setelah aku bertemu perokok dan pemabuk lainnya di fakultasku. Dan berbagai pelajaran lainnya. Jadi menurutku ga masalah punya temen sejenis dia asalkan tetep bisa jaga diri.
Aku juga punya jenis temen yang suka mainin cewek. Maksudnya itu suka php in cewe-cewe. Alhamdulillah gaada yang sampe melecehkan cewek. Dari temen kek gitu aku belajar oh jadi gini cara cowok buaya ngadepin ceweknya yang satu ketika yang satunya lagi gini, oh jadi cara dia merlakuin cewe tuh kayak gini biar ga ketahuan. Dari temen kek gitu aku belajar gelagat cowok buaya. Dan barusan aja aku habis putus sama cowok buaya *yakin anggep dia pacar?* hahaha. Canda beb. Dia buaya, aku sebenernya tau selama pacaran kalo dia juga ada cewek lain di kota lain. Singkatnya kita ldr an tapi selingkuhannya juga ldr. Jadi tiap kota ada gitu. Tapi yaa aku diemin aja pura-pura bego gitu laah mau liat sejauh mana dia ngeboong. Ternyata dia boong banyak hal. Dia masih hutang penjelasan ke aku. Haduh iki opo malah tekan kene.
Aku punya temen yang omes atau otak mesum. Beberapa orang malah. Pikiran dia emang ngeres pake banget. Tapi dia ga pernah gitu namanya ngelecehin wanita atau melakukan semacam kejahatan seksual. Dari orang-orang kek dia aku belajar istilah-istilah seks yang mungkin kebanyakan mikir itu hal tabu. Kok aku merasa biasa aja ya, dari situ kan kita jadi tau seputar hal begituan dengan pengetahuan itu bisa jadi modal buat jaga diri kita. Kalo wawasan kita minim ntar diapa-apain ga ngerti itu artinya apa bahayanya apa kan ya panjang urusannya. Contohnya aja : istilah petting . aku pernah tanya itu ke temen-temenku kuliah kebanyakan gatau apa itu petting. Petting itu menggesekkan kelamin cowok ke cewek tapi si cewek masih pake celana dalam. Bayangin aja kalo ada orang bego banget diajakin petting sama pacarnya dia mau-mau aja. Padahal petting itu sperma masih bisa masuk melalui pori-pori kain. Kalo cewek bego dan udah dibutain cinta dg kalimat sayang mah mau-mau aja kali ya. Naudzubillah deh.
Aku punya temen yang alim banget sedikit-dikit dia bilang astagfirullah haladzim. Kalo pas lagi ngumpul dia selalu ingetin buat sholat. Aku seneng punya temen kek dia. Wawasan agamanya luas. Jadi kalo aku kepo kadang nanya ke dia. Biasanya tentang hal-hal sunnah kek puasa sholat amalan-amalan lainnya dll. Istriable bangetlah. Udah sholehah anak kedokteran ugm lagi. Kurang apa cobaa.
Aku juga punya temen yang ngefans banget sama habib syech dia sering ngajakin aku buat ikut pengajian atau seminar" muslimah gitu kajian keagamaan dll.
Lucu aja gitu pas lagi kumpul temenku yang omes topik pembicaraan seputar itu terus temen yang alim ikut dengerin dan selalu banyak istighfar haha
Aku juga punya temen yang bisa diajak bego-begoan bareng biasanya sih ngomongnya emang ga ada remnya asal nyablak gitu. Tapi masing2 dari kami udah memaklumi kok. Makannya kadang omonganku juga asal nyablak apaadanyaa. Kan aku orangnya gasuka berpura-pura apalagi disuruh pura-pura baik sama orang yg ga aku suka. Mendingan nyingkir aja deh.
Kalo kumpul sama orang baik terus nanti bakal kaget kalo ketemu sama yg ga baik. Maksutnya itu kalo kita terbiasa dengan lingkungan orang-orang yang baik terus pada suatu saat harus dihadapkan dengan lingkunga yang ga baik kita akan susah beradaptasi.
Jadi menurutku berteman sama siapa aja boleh asalkan kita tetap bisa menjaga diri jangan salah gunakan kepercayaan yang udah dikasih sama orang tua ke kita.
Gimapun bentuk temen-temenku aku sayang sama mereka. Mau mereka cakep item putih gila bego bejat apapunlah. Jadi kalo kamu sayang sama aku kamu juga harus sayang sama temen-temenku yaaa muwaahh :*
Kamis, 30 Juli 2015
Tuhan, kenapa disease itu begitu kejam?
Yaa Allah maafkan aku, ijinkanlah aku mengeluh sejenak. Bukan, bukannya aku tak bersyukur hanya saja aku merasa berat. Ijinkanlah aku menuangkannya dalam tulisan ini.
Hari ini aku baru saja pulang dari semarang menghabiskan dua hari bersama teman-temanku untuk berlibur. Sesampainya di rumah, mamah bilang kalo sepupuku venta terkena kanker ganas. Seketika oleh-oleh kegembiraan yang aku bawa pulang lenyap begitu saja. Aku tak menyangka dia masih terlalu muda tuhan, dia masih duduk di tingkat sekolah menengah pertama.
Beberapa waktu lalu aku sempat menjenguk dia setelah operasi benjolan di paha. Dikiranya itu benjolan biasa. Seperti biasa dia masih bisa tersenyum ketawa-ketawa masih teringat jelas mukanya yang manis. Setelah beberapa hari ternyata pihak rumah sakit mengabarkan bahwa itu kanker. Sampai saat ini dia tak tau kalo dia terkena kanker. Berita ini pun juga masih disembunyikan dari kakaknya.
Yaa Allah haruskah kejadian-kejadian sebelumnya terulang kembali? Ya tuhan, aku begitu membenci penyakit itu. Penyakit itu telah merenggut orang-orang yang teramat aku sayang. Penyakit itu menyiksa mereka hari ke hari.
Masih teringat jelas di ingatan masa kecilku. Kanker telah merenggut eyang uti ku. Kanker paru-paru telah merebut dia dari kita, keluarga yang begitu mencintainya. Masih ingat waktu itu setiap malam seluruh keluarga tante om budhi pak dhe sepupu semuanya kumpul di rumah kalung untuk mendoakan dan menginap.Kanker telah menggrogoti sistem syaraf cuti ku hingga pada akhirnya dia lumpuh. Saat itu aku pernah kesal sama mamah karena mamah lebih sering perhatian ke cuti daripada aku. Tapi semakin bertambah dewasanya aku akhirnya aku mengerti kenapa saat itu mamah sebegitu perhatiannya sama uti. Kasih sayang anak kepada ibu. Seperti aku begitu menyayangi mamahku. Kanker telah merusak sistem syaraf utiku hingga pada akhirnya dia lumpuh. Beranjak dari tempat tidur untuk buang air pun tak bisa. Masih teringat dulu dia sering minta disuap madu olehku. Mulai dari pengobatan medis sampai tradisional segalanya telah diusahakan semaksimal mungkin. Tapi apa daya kita sebagai manusia tak mampu mengalahkan takdirmu tuhan. Kau meminta kembali uti kami untuk kau tempatkan di surgamu. Terakhir kali aku melihat wajah uti sebelum peti mati ditutup rapat. Wajahnya sumringah dia begitu cantik dengan gaun warna putih, sarung tangan putih yg menggenggam rosario. Selamat jalan uti, kami menyayangimu :') {}
Beberapa tahun setelah itu besan uti ku meninggal terkena kanker usus.
Beberapa tahun kemudian anak besan uti yg meninggal yg artinya dia adalah adik ipar mamah terkena kanker. Iya, tanteku dia terkena kanker payudara setelah melahirkan anaknya yang pertama. Lagi-lagi salah satu anggota keluarga besar kakung. Pada awalnya omku mendpatkan proyek di papua dan memilih menetap di sana. Akan tetapi setelah istrinya divonis terkena kanker dia pindah ke jawa. Kanker menggrogoti tubuhnya. Segala macam pengobatan juga sudah dicoba. modern, tradisional. Kemoterapi juga sudah rutin dilakukan. Katanya kemoterapi membunuh sel-sel kanker dan mencegahnya untuk menyebar. Tapi kemo itu menyebabkan kulit tante jadi menghitam rambut rontok hingga botak. Katanya itu efek dari kemoterapi. Biaya pengobatan kanker itu gak murah. Apalagi untuk sekali kemo belum obat-obatnya yang sebutir ada yg mencapai 2 juta. Om ku melakukan semua yg terbaik rumah di sorong dijual buat biaya tambahan pengobatan hampir saja rumah yg di jogja dan semarang ikut terjual. Penyakit itu memang tak tahu diri. Semakin menggrogoti tubuh tante. Pada akhirnya mengenai tulang belakang. Untuk duduk pun dia butuh penyangga yg disanggakan pada tulang punggungnya. Dia harus menahan rasa sakit yg teramat sangat ketika menggunakan penyangga. Kemana-mana butuh bantuan kursi roda. Buat ngmong aja susah. Sel-sel kanker menggerogoti syaraf sedikit demi sedikit dan menyebabkan kelumpuhan yg bertahap. Pada akhirnya tante meninggalkan omku dan putri tunggalnya menuju surgaMu tuhan.
Tuhan kuatkanlah sepupuku angkatlah penyakitnya berikanlah mu'jizatmu. Aku tak ingin lagi ada kesedihan teramat sangat. cukupkanlah tuhan aku bahkan kami sudah terlalu lelah melihat air mata berlinangan rupiah demi rupiah terhamburkan untuk pengobatan. Rasanya pedih melihat orang-orang yg kita sayangi tersiksa penyakit itu. Makan susah buang air butuh alat bantu. Kerusakan syaraf. Yaa Allah aku mohon padaMu jangan ada kanker atau penyakit mengerikan mematikan lainnya di keluarga besar kami Yaa Allah. Sehatkanlah kami lindungilah kami semua. Amiinnn
Senin, 27 Juli 2015
friends or boyfriend?
kata adekku aku itu orangnya susah move on. hmm bener sih sekali aku suka sama orang ya emang aku beneran suka. sekali aku berkomitmen sama orang aku beneran sayang sama orang itu bagaimanapun keadaan dia.
harapan sih simple ya cukup 3T taqwa tajir tampan hahaha but nobody's perfect kan?
aku orangnya susah dimengerti
pengennya sih punya pacar sholeh tapi kumpulnya aja sama anak malam. maksudnya sukanya out itu pas malem-malem. tapi santai aja i know the rule kok aku tau batasannya. mau pacar sholeh harusnya aku lebih sering pengajian kumpul juga sama orang-orang sholeh. tapi btw cowo sholeh mana yang mau pacaran?
aku doyan main hang out sama temen-temen baik cowo maupun cewe. jadi aku lebih cenderung milih orang yang doyan main juga? kenapa? aku tipe orang yang ga suka diribetin sama sebuah hubungan. aku ga suka diatur-atur. kamu jangan pulang jam segini, kamu ga boleh main sama ini, kok kamu keluar sama cowok sih kamu ga anggep aku apa? *apa banget sih lo* , kamu main terus waktu buat aku kapan?, kamu dimana?! sama siapa aja? telpon aku kok gak diangkat! jangan macem-macem!, jadi kamu lebih mentingin temen-temen kamu? kok kamu balesnya lama sih lagi chat sama cowo lain ya! . haduuhh apa banget sih pertanyaan kek gitu, ga ada pentingnya cuma bikin berantem aja. dan menurutku orang yang doyan main juga sependapat.
aku cuma pengen hubungan yang dewasa. pasangan ga menuntut untuk selalu dibahagiakan. dia bisa mencari kebahagiaannya sendiri. ga melarang dunia pertemananku. ga cemburuan ga melarang kalo aku main sama lawan jenis soalnya aku kalo main pasti ada cowonya. dan terkadang saking akrabnya panggilan bisa jadi "beb" dan itu bukan masalah yang besar bukan? karena kalo aku udah milih udah berkomitmen sama orang aku bener-bener sayang sama dia. aku ga mau status pacaran malah merubahku menjauhkanku dari teman-teman.
sejauh ini aku juga memperlakukan pasanganku seperti itu. aku ga pernah larang dia buat main sama temen-temannya. aku ga pengen membatasi dunianya. aku malah pengen dia punya banyak teman banyak relasi yang baik tentunya, karena aku juga mikir itu baik buat masa depan dia contohnya seperti buat kenalan channel kerjaan di masa mendatang dan sebagainya. aku ga pernah ngerecokin dia sms terus telfon terus pas dia lagi main, yang penting itu dia pamitan dulu sebelum pergi. aku menghargai waktu dia buat temen-temennya. kalo udah selesai main baru hubungin lagi kasih kabar. barulah setelah itu quality time bersama. cukup adil bukan?
aku merasa sudah bukan remaja lagi yang mainnya cinta-cintaan. aku udah gede masa depan ku lebih penting. edukasi lebih lebih buat karirku. aku ga pengen diribetin urusan cinta apalagi pacar. aku cuma pengen hubungan yang dewasa. yang saling respect saling mendukung apa yang dicita-citakan pasangan. mimpi itu diperjuangkan dan perjuangan itu gak ada yang mudah. berjuang itu lelah. jadi aku berusaha buat ga nambah-nambahin beban pasangan. begitupun sebaliknya. yang ada malah harus saling mendukung menyemangati mengingatkan untuk selalu bersyukur ingat tuhan. indah bukan kalo sama-sama berjuang dengan orang yang kita cintai :)) ya seperti prinsipku kualitas hubungan lebih utama daripada kuantitas. hubungan lama tapi ga berkualitas itu rugi. slow but sure ajaa.
say hi!!
haii ini blog barukuu, sebenernya aku ga rela buat ninggalin blog lama soalnya blog itu penuh kenangan. blog itu pernah menangin lomba blog tingkat sekolah pas aku smp dulu dan semenjak itu aku rajin banget posting.
kenapa aku bikin situs baru ya karena aku ngerasain gaya penulisan blog itu alat pake kata lo gw an
dan sekarang aku mau lebih biasa aja tapi ngena lebih dewasa di blog ini.hehehe.
udah ya segitu ajaa. simak tulisan-tulisanku yaa.
kenapa aku bikin situs baru ya karena aku ngerasain gaya penulisan blog itu alat pake kata lo gw an
dan sekarang aku mau lebih biasa aja tapi ngena lebih dewasa di blog ini.hehehe.
udah ya segitu ajaa. simak tulisan-tulisanku yaa.
Langganan:
Postingan (Atom)